Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Di ujung ramadhan

Di ujung ramadhan........ Ya Allah, Ya Rahmaan, Ya Rahiim, terimalah ibadah Ramadhan kami. Terimalah shiyam kami, qiyam kami, rukuk kami, sujud kami,cc tilawah qur'an kami, istighfar kami, taubat kami, dzikir kami, zakat kami, infaq dan shadaqoh kami. Ya Allah, Ya 'Aziiz,  Ya Ghaffaar, sempurnakanlah kekurangan kami, maafkan salah dan khilaf kami, ampuni dosa-dosa kami, kokohkan iman dan islam kami, perbagus akhlak kami, satukan hati-hati kami, sayangi orang tua kami, lindungi keluarga dan anak-anak kami. Ya Allah, Ya Samii', Ya Bashiir, mudahkalah urusan kami, lipatgandakan kesungguhan dan kesabaran kami, tunjuki jalan kami,  tambahkan ilmu dan pemahaman kami, luaskan rizki kami, sembuhkan sakit kami, bantu perjuangan kami dan saudara-saudara kami, bimbing para pemimpin kami, berikan keberkahan pada negeri kami,  pertemukan kembali kami dengan RamadhanMu di tahun mendatang. Ya Allah, Ya Mujiibas Saailiin, terima dan kabulkanlah doa-doa kami. Taqabbalallahu minnaa wa m

Maka jadilah....

Maka, Menjadilah seperti Musa (July 23, 2014 at 7:20am) Kutulis kata-kata ini saat kau sudah tekad berkata Lantang mundur dari ajang yang bikin Indonesia berkamar dua Bahwa ada aksi curang, culas menggelembungkan suara Hingga akhirnya kau urung jadi pemimpin Indonesia  Tapi ini bukan beban di pikiran hamba Meski sinis, caci, cerca, terus membahana  Apa saja yang kau pikir dan bicara Satu simpul di kepala mereka: Kau, manusia berbahaya! Meski kau urung di singgasana Kau sudah lekati di dalam dada Jangan surut hanya karena mereka jumawa Atas ‘kalah’ yang kau derita Itu tidaklah seberapa Andai kau masih mau mengabdi pada bangsa Demi Indonesia tidak kian nestapa Di bawah duli presiden bergaya jari dua Belajarlah kau pada Musa Saat ia terusir kalah lalu dihina Berkonsolidasi di Madyan demi titah-Nya Bersiap siaga melawan sang angkara Raja pendaku tuhan semesta Kadang siapa saja berubah karena kuasa Dulu lugu, kelak zalim demi wibawa Ditopang puji dan puja tak berki

Sama tapi beda

Oleh Abdullah Haidir Nabi Adam alaihissalam dan Iblis sama-sama pernah melanggar perintah Allah dan sama-sama dikeluarkan dari surga, sama-sama pula mengakui bahwa itu sudah takdir. Tapi bedanya, Nabi Adam mengakui kekeliruannya lalu bertaubat, sedang Iblis mengakuinya, namun justeru menjadi alasannya untuk membangkang dan menyeru kepada kemunkaran. Dengan penuh sesal Nabi Adam berkata, رَبَّنَا ظَلَمْنَاأَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَالْخَاسِرِينَ "Ya Tuhan kami, kami telahmenganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberirahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yangmerugi." (QS. Al-A'raf: 23) Sedangkan Iblis tetap dengan kesombongannya berkata, قَالَ رَبِّ بِمَآأَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat)

Kata kata yang kuat....

oleh Salim A. Fillah dalam Inspirasi. 16/12/2011 Remaja. Pernah saya menelusur, adakah kata itu dalam peristilahan agama kita? Ternyata jawabnya tidak. Kita selama ini menggunakan istilah ‘remaja’ untuk menandai suatu masa dalam perkembangan manusia. Di sana terjadi guncangan, pencarian jatidiri, dan peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terhadap masa-masa itu, orang memberi permakluman atas berbagai perilaku sang remaja. Kata kita, “Wajar lah masih remaja!” Jika tak berkait dengan taklif agama, mungkin permakluman itu tak jadi perkara. Masalahnya, bukankah ‘aqil dan baligh menandai batas sempurna antara seorang anak yang belum ditulis ‘amal dosanya dengan orang dewasa yang punya tanggungjawab terhadap perintah dan larangan, juga wajib, mubah, dan haram? Batas itu tidak memberi waktu peralihan, apalagi berlama-lama dengan manisnya istilah remaja. Begitu penanda baligh muncul, maka dia bertanggungjawab penuh atas segala perbuatannya; ‘amal shalihnya berpahala, ‘amal salahnya be