Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Pit stop kehidupan

Sekali waktu tontonlah sampai tuntas adu balap mobil Formula Satu di televisi. Semua pembalap berlomba memenangkan pertandingan, memacu mobil sekencang-kencangnya. Ternyata, hal terpenting dalam strategi untuk memenangkan perlombaan adalah pit-stop, masuk ke jalur atau kawasan dimana mobil akan disegarkan kembali. Ditambah bahan bakarnya dan diganti bannya bila perlu. Di pit-stop pula biasanya strategi balap diatur. Setahu saya belum pernah ada juara lomba formula satu yang tidak melakukan pit-stop. Apabila ingin memenangkan perlombaan dalam kehidupan, Anda juga harus melakukan pit-stop. Dalam kehidupan sehari-hari, pit-stop dapat mewujud dalam berbagai bentuk. Mengikuti pelatihan, membaca buku, berdoa dengan penuh kesungguhan, bercengkerama dengan sahabat dan keluarga, serta aktifitas lain yang keluar dari rutinitas harian. Pit-stop membantu kita meraih kehidupan yang utuh. Banyak orang yang kelihatannya bekerja begitu keras untuk meraih kesuksesan hidup. Yang terjadi justru banyak

Melayani Banyak Orang Menghasilkan Banyak Uang

Melayani Banyak Orang Menghasilkan Banyak Uang . Mari ikuti  kisah perjalanan Harvey Macvey berikut ini/ Suatu ketika, Harvey Mackay sedang menunggu antrian taksi di sebuah bandara. Kemudian, sebuah taksi mengkilap muncul dan mendekatinya. Sang supir taksi pun keluar dengan berpakaian rapi, dan segera membukakan pintu penumpang. Sang supir kemudian memberi Harvey sebuah kartu dan berkata, "Nama saya Wally, Sementara saya memasukkan barang bawaan ke bagasi, silakan membaca pernyataan misi saya. Harvey kemudian membaca kartu tersebut, yang tertulis “Misi Wally: Mengantar pelanggan ke tempat tujuan dengan cara tercepat, teraman, dan termurah dalam lingkungan yang bersahabat.” Harvey sangatlah terkejut, terutama setelah ia melihat bagian dalam taksi yang sangat bersih. Di belakang kemudi, Wally berkata: “Apakah Anda ingin kopi? Saya punya yang biasa dan tanpa kafein.” Harvey pun berkata “Tidak, saya ingin minuman ringan saja.” dan ternyata, Wally menjaw

Kisah fiktif tentang pemberdayaan

Sebuah kisah fiktif, namun sarat makna. Seorang raja memanggil menteri kepercayaannya. Lalu berkata: "Carikan aku pemuda gagah, tampan, yang layak jadi suami puteriku!" "Baik Paduka," jawab menteri kalem. "Tapi berapa lama waktu buat saya?" "Waktumu hanya seminggu!" Seketika itu menteri langsung loncat, tanpa salam tanpa pamit. Sebab dia dikejar deadline. Seminggu kemudian, menteri datang membawa seorang pemuda gagah, perkasa, tampang ganteng. Sang raja langsung mengajak pemuda itu makan siang sambil ngobrol. Dalam obrolan, raja bicara masalah tatanegara, militer, kelautan, geografi, astronomi, dll. Tapi sangat disayangkan, pemuda itu selama obrolan hanya bisa berkata "oh ya" atau "oh begitu" atau "hmm baru tahu". Raja merasa kesal, dia segera memanggil menterinya. "Singkirkan bocah ini. Aku butuh orang berilmu, luas wawasan, ahli hikmah. Bukan daging bersuara seperti dia. Cari yang lain!" &qu

Lebih mahal dari sekedar uang

Anak anak yang dididik dalam keluarga yang penuh kesantunan, etika tata krama & sikap kesederhanaan akan tumbuh menjadi anak anak yang tangguh, disenangi & disegani banyak orang. Mereka tau aturan makan table manner di restoran mewah. Tapi ngga canggung makan di warteg kaki lima. Mereka sanggup beli barang barang mewah. Tapi tau mana yang keinginan dan kebutuhan. Mereka biasa pergi naik pesawat antar kota. Tapi santai aja saat harus naik angkot kemana mana. Mereka berbicara formal saat bertemu orang berpendidikan. Tapi mampu berbicara santai bertemu orang jalanan. Mereka berbicara visioner saat bertemu rekan kerja. Tapi mampu bercanda lepas bertemu teman sekolah. Mereka ngga norak pas ketemu orang kaya. Tapi juga ngga merendahkan orang yg lebih miskin darinya. Mereka mampu beli barang barang bergengsi. Tapi sadar kalo yang membuat dirinya bergengsi adalah kualitas & kapasitas dirinya, bukan dari barang yang dikenakan. Mereka punya.. Tapi ngga teriak kemana

Berlari atau berjalan

Dua bulan ini, hampir setiap hari saya memberikan training di berbagai perusahaan dan di berbagai kota. Saat lelah mendera, tiba-tiba saya mendapat kiriman nasihat via Whatsapp dari guru spiritual saya. Isinya tentang kapan saatnya kita berjalan, berlari, berlomba dan bersegera. Isi pesannya saya sampaikan dibawah ini. Jamil anakku, kitab sucimu Al Qur’an sudah mengajarkan kepadamu, kapan saatnya kamu berlari dan kapan saatnya kamu berjalan. Untuk urusan kebaikan, kamu harus banyak BERLOMBA sebagaimana ada dalam surat Al Baqarah ayat 148 yang artinya, “Maka BERLOMBA-LOMBALAH dalam berbuat kebaikan.” Adapun untuk memohon ampunan, perintah-Nya adalah BERSEGERALAH. Lihatlah surat Al Imron ayat 133 yang artinya, “Dan BERSEGERALAH kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju Surga. Maka bersegeralah bertaubat wahai anakku karena dalam ribuan langkahmu pasti ada satu atau dua langkah yang salah.” Untuk urusan taat kepada Allah perintahnya adalah BERLARILAH DENGAN CEPAT. Coba segera simak