Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Tetap bersama. . .

--------------------------------- Amunisi apa yang pertama kali diminta Musa saat diberi tugas maha berat menda'wahi ayah angkatnya sendiri yang durjana level 4? Satu set alusista? Modal bermilyar? Satu peleton pasukan invanteri? Satu korps kavaleri? Tongkat mukjizat? Tidak, tongkat itu Allah yang beri tanpa Musa minta. Tetapi, Musa minta Harun agar membersamainya. Sebab Musa tahu bahwa jalan didepan akan penuh liku tanjak. Apakah mereka selalu rukun canda tawa? Tidak juga. Bahkan pernah Musa saking kesalnya ia pada Harun, hampir meninjunya. Saat ia titipkan kaum israil pada Harun, Harun gagal laksanakan tugas. (QS 20: 92-94) Kita, tidak ada yang sekuat Musa. Tetapi Firaun presiden dzalim, Korun kapitalis serakah, Hamman pejabat busuk, dan Samiri kyai ilmuan sesat telah terkloning sedemikian jumlahnya. Maka kita lebih butuh bersama dibanding butuhnya Musa pada Harun. Itulah ukhuwah. Dan hari ini kita memaknai ukhuwah sebatas makan-makan bersama canda dan tawa. Atau sebatas u

Mengusir kebosanan

‎ Saudaraku, termasuk bagian dari ajaran Islam adalah mengajak anggota keluarga kita masing-masing untuk bersegera melakukan kebaikan yang disyariatkan Allah dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan, kebaikan terbaik dari perbuatan seorang hamba yang disyariatkan adalah “shalat”, apatahlagi shalat fardhu 5 kali dalam sehari semalam. Nabi bersabda “Dan ketahuilah oleh kalian bahwa sebaik-baik amal-amal kalian adalah shalat.” (HR. Ibnu Majah, no. 277)  Saudaraku, maka kalau Anda merasa bosan kerena terlalu sering menyuruh dan membangunkan keluarga Anda untuk shalat, terutama shalat Subuh, ingatlah firman Allah “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha : 132) Ayat ini mengandung motivasi untuk sabar, tabah dan mengusir rasa bosan. Dan, ingatlah pula akan pahala dan balasan bagi orang yang sabar. Allah –selanjutnya- berfirman,   “Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan ak

Move on

Ada yg bilang hiduplah mengalir seperti air.  Adakah air yg mengalir mundur? Lalu mengapa manusia suka berpikir ke masa lalu? Hari ini saya bertemu dengan satu grup kerja di suatu perusahaan. Saya diminta untuk menjadi grup-coach bagi mereka sepanjang project ini. Pertanyaan yg biasa saya tanyakan di awal sesi coaching: apa target dari project ini. Pertanyaan yg sederhana dan jelas. Namun jawabannya ternyata bisa banyak arah. Grup yg terdiri dari 8 orang ini ternyata punya 8 jawaban yg berbeda-beda. Saya terpana mengagumi betapa uniknya manusia, sekaligus juga terperangah atas keanekaragaman jawaban atas satu tujuan yg seyogianya sama. Bagaimana grup ini akan menjadi tim kerja bila masing2 punya persepsi tujuan yg berbeda-beda? Dan yg paling membuatku terpana adalah bahwa sebagian besar membicarakan masa lalu padahal pertanyaannya adalah tentang masa depan, target.  Ada yg menjawab tentang pengalamannya di masa lalu untuk project serupa. Ada yg menjelaskan tentang persepsinya at