Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Umi abi lihat aku

(Copas dr laura) ♡♡Psikologi Anak♡♡ 1. Ummi/abi... jangan risau apa yg belum bisa kulakukan, lihatlah apa yg sudah bisa kulakukan, lihatlah lebih banyak kelebihanku...... 2. Ummi/abi... aku memang belum bisa berhitung, tapi lihatlah aku bisa beryanyi & selalu tersenyum ceria.. 3. Ummi/abi..., jangan keluhkan aku tidak bisa diam, lihatlah energiku ini, bukankah kalau aku jadi pemimpin aku butuh energi sebesar ini 4. Ummi/abi... jangan kau bandingkan aku dengan anak lain, lihatlah aku tidak pernah membandingkanmu dengan orang tua yg lain, aku hanya satu 5. Ummi/abi..., jangan bosan dengan pertanyaan2ku, lihatlah besarnya rasa ingin tahuku, aku belajar banyak dari rasa ingin tau... 6. Ummi/abi... jangan bentak2 aku, lihatlah aku punya perasaan, seperti engkau juga memilikinya, aku sedang belajar memperlakukanmu kelak... 7. Ummi/abi...jangan ancam2 aku, seperti engkau juga tidak suka diancam orang lain, lihatlah aku sedang belajar memahami keinginanmu 8. Ummi/abi...jangan liha

Siapa istrinya?

Mereka dulunya adalah aktifis dakwah, saat masih menjadi mahasiswa. Di jalan dakwah pula mereka kemudian menikah. Kehidupan pernikahan mereka indah pada awalnya. Namun bulan-bulan yang terus berlalu hingga hitungan tahun berganti, membuat keduanya mulai berhadapan dengan problem ekonomi. Sang suami, sambil meneruskan kuliah pasca sarjana, berusaha bekerja apa saja. “Yang penting halal,” prinsipnya. Dari menjadi tukang ojek, jualan kripik, hingga jualan berbagai makanan ringan. Beban hidup suami istri itu semakin besar saat buah hati mereka lahir. Yang menyedihkan, kos-kosan mereka jauh dari kata layak untuk hidup berkeluarga. Atapnya jebol, kamar mandinya bocor. Setelah lulus S2, sang suami mendapatkan pekerjaan baru sebagai makelar tanah. Ia sendiri merasa pekerjaan ini bukanlah pekerjaan tetap dan menjadi sebuah ironi bagi dirinya yang lulusan terbaik saat kuliah S1 dan kini menjadi Magister Fisika. Namun setidaknya, penghasilannya kini lebih besar dari sebelumnya. Menjadi makel

Menjadi ayah hebat

by : bendri jaisyurrahman (twitter : @ajobendri) 1. Tersebutlah tokoh pengasuhan dalam Alquran. Dimana keluarganya ditinggikan atas seluruh insan (3:33). Dialah ibrahim, ayah teladan 2. Di tengah kesibukan sebagai nabi, tetap peduli terhadap anak istri. Meneruskan iman dari generasi ke generasi 3. Meski pulang setahun sekali, bukan berarti jadi ayah yg tak peduli. Urusan mengasuh anak tetap dilakoni. Terbukti 2 dari 12 anaknya adalah nabi 4. Dialah Aba' al anbiya. Seluruh keturunannya menjadi manusia mulia. Hingga kita perlu belajar kepadanya bagaimana seharusnya menjadi orangtua 5. Dari ishaq anaknya, lahirlah sosok ya'qub dan yusuf yg mempesona. Dari ismail buah hati tercinta, berabad-abad kemudian lahirlah Muhammad, manusia termulia 6. Untuk bisa mencetak anak semulia Ismail, maka belajarlah menjadi orang tua sekualitas ibrahim. Mengasuh anak harus terampil tak bisa sim salabim 7. Ibrahim memberikan bukti, bahwa tanggung jawab ayah bukan sekedar me

Mencintai ayah

Usia muda adalah usia yang membahagiakan. Banyak hal yang kita lalui, banyak hal yang kita rasakan. Eksperimental terhadap diri pun membara begitu dahsyatnya. Dan “coba-coba” adalah kata kerja umum yang dialami remaja saat  ini. Ada keinginan hati untuk selalu membahagiakan orang tua, namun sayang, diri ini tak hebat dalam mengekspresikan rasa cinta dan syukur pada mereka. Sering kali kita berfikir bahwa membahagiakan orang tua hanya lewat hal duniawi saja, sebut saja dengan nilai kita di sekolah. Kita berfikir bahwa itu sudah cukup membahagiakan mereka. Bukan, bukan nilai yang mereka inginkan, bukan berapa banyak uang yang dapat kita berikan pada kedua orang tua kita. Tapi mereka ingin anak-anak nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Karena harta banyak bukanlah jaminan kebahagaiaan. Sering kita temui banyak anak pintar tapi akhlak mereka 0 %. Contoh mudahnya, mari kita lihat berapa banyak kini anak-anak yang mengirim orangtua mereka ke panti jompo disaat masa tua mereka? Berap

Cinta saya pada istri saya

Eko Pratomo Suyatno , siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini. Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!! Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak. Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, men

Maaf mas, saya tidak ada kembalian

(Agus sasmito) - Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan condong catur demi menyambung hidup. Mbah sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”, mbah sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?” Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi mbah sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain. Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru. Ketika mbah sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah dig

Untukmu para ibu yang di rumah

By: Kiki Barkiah Untukmu para ibu yang dirumah Mengapa engkau masih galau dan gundah Atas pilihan yang dianjurkan oleh syariah Agar engkau tetap berada di rumah Mengapa pula engkau harus iri dan cemburu Atas selisih puluhan lembar ratusan ribu Sedang kau memiliki begitu banyak waktu Merawat mereka langsung dengan tanganmu Serta menurunkan berjuta ilmu Mengapa perasaanmu masih terasa berat Atas perintah Allah untuk selalu taat Pada suamimu yang meminta dengan sangat Agar engkau dapat fokus merawat Padahal dengannya surga menjadi begitu dekat Andai kau tau bahwa peluang surgamu tidak jauh Cukup bekerja ikhlas dan tanpa banyak mengeluh Mendidik generasi yang berjiwa tangguh Memberi nutrisi pada jiwa dan tubuh Insya Allah kepuasan hatimu diisi Allah secara penuh Memang betul kau berharap sebuah eksistensi Merasa melakukan pekerjaan yang tak bergengsi Seputar masak, sapu pel dan menyuci Aaaah.... Itu karena kau tak menyadari Anyunan sapumu berpahala seri Dengan sua

Menguatkan bukan melemahkan

by Rhenald Kasali Sebuah tulisan yang sangat menginspirasi. (Dari sebuah sumber) LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah. Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang mener