Langsung ke konten utama

Menjadi ayah hebat


by : bendri jaisyurrahman (twitter :
@ajobendri)

1. Tersebutlah tokoh pengasuhan dalam
Alquran. Dimana keluarganya ditinggikan
atas seluruh insan (3:33). Dialah ibrahim,
ayah teladan
2. Di tengah kesibukan sebagai nabi, tetap
peduli terhadap anak istri. Meneruskan iman
dari generasi ke generasi
3. Meski pulang setahun sekali, bukan berarti
jadi ayah yg tak peduli. Urusan mengasuh
anak tetap dilakoni. Terbukti 2 dari 12
anaknya adalah nabi
4. Dialah Aba' al anbiya. Seluruh
keturunannya menjadi manusia mulia. Hingga
kita perlu belajar kepadanya bagaimana
seharusnya menjadi orangtua
5. Dari ishaq anaknya, lahirlah sosok ya'qub
dan yusuf yg mempesona. Dari ismail buah
hati tercinta, berabad-abad kemudian lahirlah
Muhammad, manusia termulia
6. Untuk bisa mencetak anak semulia Ismail,
maka belajarlah menjadi orang tua sekualitas
ibrahim. Mengasuh anak harus terampil tak
bisa sim salabim
7. Ibrahim memberikan bukti, bahwa
tanggung jawab ayah bukan sekedar mencari
sesuap nasi. Tapi juga peduli dalam
mengasuh anak bersama istri
8. Ibu memang madrasah pertama seorang
anak dan ayah adalah kepala sekolahnya.
Maka jadilah ayah kepala sekolah bukan
penjaga sekolah
9. Kepala sekolah tugasnya menyamankan
sekolah. Inilah yang dilakukan ibrahim saat
mula-mula mencari tempat tinggal bagi
keluarganya (14:35)
10. Jika sekolah nyaman, maka siswa pun
belajar dengan fun. Itulah kenapa suami
harus bisa nyamankan istri agar ia bisa asuh
anak dengan suka hati
11. Sebagai kepala sekolah, ibrahim punya
visi misi (14:35-37). Hajar sebagai ibu
jalankan tugas sesuai juklak tanpa merasa
ragu
12. Saat kembali ke rumah, Ibrahim total
jalankan misi mengasuh. Anak sering diajak
ngobrol seraya jwa hadir secara utuh
13. Perintah Allah disampaikan secara
santun. Anak menerimanya tidak dengan
manyun. Taat dalam kondisi apapun
(37:102)
14. Anak yang tak pernah diajak bicara, taat
karena terpaksa. Saat lepas dari orang tua
merasa merdeka. Langgar agama tak takut
dosa
15. 'Bagaimana pendapatmu nak?' Inilah
kalimat sakti seorang ayah, yang hargai
anaknya. Meski anak masih belia tetap punya
hak untuk ditanya
16. Ayah hebat Ibrahim, cari tempat tinggal
tidak main-main. Lebih memilih jauh di ujung
berung asal dekat dengan masjid tempat
bernaung (14:37)
17. Sebab, jika anak terbiasa bermain dekat
masjid, jiwanya dekat dengan Allah Al Majid.
Jika dekat dengan mall atau pasar,
syahwatnya makin liar
18. Maka, jangan sembarang cari tempat
tinggal. Karena jika tidak, rencana
pengasuhan sebaik apapun berpotensi gagal
19. Akhlaq Ibrahim juga jadi teladan. Tak
berbeda apa yang dikerjakan dengan yang
dikatakan. Sebelum mengajar anak, ia
memulai duluan (14:40-41)
20. Anak belajar dari apa yang dilihat
ketimbang apa yg didengar. Lisan menyuruh
untuk sholat namun kadang ayah sendiri
suka melanggar
21. Terakhir, saat jauh terpisah dari ananda
tak pernah alpa merangkai doa. Anak terikat
hatinya sebab dijaga oleh Allah Penguasa
Semesta
22. Ibrahim merangkai doa dari negeri
sebrang. Berharap iman dalam jiwa anak tak
pernah hilang. Inilah sosok ayah penyayang
23. Jika jarak telah memisahkan, biarkan doa
yg menyatukan. Sebab doa senjata orang
beriman. Inilah rahasia kesuksesan ayah
teladan
24. Maka tak ada alasan karena sibuk
bekerja, abai dalam urusan rumah tangga.
Justru lelaki mulia diukur dari kemanfaatan di
dalam keluarga
25. Mari belajar jadi ayah hebat dari Ibrahim
agar lahir generasi sekualitas ismail. Jika
peran ayah minim, bagaimana mungkin
negeri kita berhasil?
26. Ini sekedar bahan renungan. Tak ada
maksud untuk menyalahkan. Jika salah
mohon dimaafkan. Silahkan share jika
berkenan. Salam (bendri jaisyurrahman)
Jumat, 09 Mei 2014

Sudahkah Kita Mencintai Ayah?

Usia muda adalah usia yang membahagiakan. Banyak hal yang kita lalui, banyak hal yang kita rasakan. Eksperimental terhadap diri pun membara begitu dahsyatnya. Dan “coba-coba” adalah kata kerja umum yang dialami remaja saat  ini. Ada keinginan hati untuk selalu membahagiakan orang tua, namun sayang, diri ini tak hebat dalam mengekspresikan rasa cinta dan syukur pada mereka.

Sering kali kita berfikir bahwa membahagiakan orang tua hanya lewat hal duniawi saja, sebut saja dengan nilai kita di sekolah. Kita berfikir bahwa itu sudah cukup membahagiakan mereka. Bukan, bukan nilai yang mereka inginkan, bukan berapa banyak uang yang dapat kita berikan pada kedua orang tua kita. Tapi mereka ingin anak-anak nya menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

Karena harta banyak bukanlah jaminan kebahagaiaan. Sering kita temui banyak anak pintar tapi akhlak mereka 0 %. Contoh mudahnya, mari kita lihat berapa banyak kini anak-anak yang mengirim orangtua mereka ke panti jompo disaat masa tua mereka? Berapa banyak anak yang sekarang tanpa sadar memperlakukan orangtua nya seperti buruh kerja?

Tentu bukan hal yang salah menjadi orang yang pintar, tetapi jika tidak dibarengi dengan akhlak mulia, bisa jadi ilmu yang kita punya hanya membawa kita pada malapetaka.

Mari kita renungkan bersama kawan-kawan!

Jika mendengar kata Ibu, maka diri ini teringat dengan kata-kata orang bijak bahwa :

“Surga berada di telapak kaki Ibu”

Maka tak jarang kita akan lebih memprioritaskan Ibu daripada Ayah. Mengapa? Karena janji Allah SWT pada anak yang berbakti pada Ibu sungguhlah jelas yaitu Surga. Selain itu, kita pun sering mendengar nasehat Rasulullah SAW

Dari Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhak kubaktikan dengan baik?” Rasul menjawab, “Ibumu”, jawab Rasul, “Lalu siapa lagi?”, “Ibumu”, jawab Rasul. “Kemudian siapa?” Rasul menjawab, “Ibumu,” Ia kembali bertanya, “Lantas siapa lagi?” Rasul menjawab, “Ayahmu”
(HR Bukhari-Muslim)

Kemuliaan seorang Ibu tidak lantas membuat kita boleh lupa untuk berbakti pada Ayah karena Allah SWT tidak hanya menyuruh untuk berbakti pada Ibu saja tetapi kita harus berbakti pada keduanya.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’”

(QS. Al Isro’: 23)

“Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.”

(QS. An Nisa: 36)

Banyak cara untuk membahagiakan Ayah kita, lewat hal yang sederhana, lewat akhlak mulia, maka kita sudah selangkah lebih maju untuk menjadi anak yang berbakti karena ingatlah selalu bahwa yang menolong orangtua kita nanti bukanlah seberapa banyak harta dan ilmu yang kita kumpulkan tapi seberapa baik-kah akhlak kita pada mereka karena potensi akhlak yang mulia akan membuahkan pribadi yang sholeh dan sholehah

“Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang mendo’akannya”.

(HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi,Nasa’i dan Ahmad)

Yuk mulai dari sekarang, mulai dari hari ini, kita mulai memperbaiki akhlak pada kedua orangtua kita, mulai lah dengan memaafkan segala kesalahan mereka dan membuka hati untuk mulai menyayangi keduanya agar selamat dunia dan akhirat.

Dan kita pun membantu meringankan tugas Ayah kita, karena sebagai kepala keluarga, sebagai imam keluarga, Allah SWT memberikan tugas yang tak mudah bagi seorang Ayah, jika dia hanya berjuang seorang diri.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(QS. Al-Tahrim: 6)

Kalau suatu saat kita terlupa untuk berbakti, bolehlah kita mengingat sebuah lirik lagu yang pernah disenandungkan oleh ADA Band dan Gita Gutawa yang bunyinya :

“Tuhan tolonglah sampaikan,  sejuta sayangku untuknya

Ku terus berjanji, tak kan khianati pintanya

Ayah dengarlah, betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu”

Wallahu ‘alam bissawab
By Ipah Umu Abiba

Komentar

Postingan populer dari blog ini