Langsung ke konten utama

Move on


Ada yg bilang hiduplah mengalir seperti air. 

Adakah air yg mengalir mundur?

Lalu mengapa manusia suka berpikir ke masa lalu?

Hari ini saya bertemu dengan satu grup kerja di suatu perusahaan. Saya diminta untuk menjadi grup-coach bagi mereka sepanjang project ini. Pertanyaan yg biasa saya tanyakan di awal sesi coaching: apa target dari project ini. Pertanyaan yg sederhana dan jelas. Namun jawabannya ternyata bisa banyak arah.

Grup yg terdiri dari 8 orang ini ternyata punya 8 jawaban yg berbeda-beda. Saya terpana mengagumi betapa uniknya manusia, sekaligus juga terperangah atas keanekaragaman jawaban atas satu tujuan yg seyogianya sama. Bagaimana grup ini akan menjadi tim kerja bila masing2 punya persepsi tujuan yg berbeda-beda?

Dan yg paling membuatku terpana adalah bahwa sebagian besar membicarakan masa lalu padahal pertanyaannya adalah tentang masa depan, target. 

Ada yg menjawab tentang pengalamannya di masa lalu untuk project serupa. Ada yg menjelaskan tentang persepsinya atas project ini. Ada yg langsung meminta maaf secara tak langsung karena ternyata absen dari 2 pertemuan sebelumnya. Dan ada pula yg menjelaskan pentingnya project ini karena bla bla bla ... 

Tidak ada satupun yg menjawab langsung atas pertanyaan yg sederhana, apa target dari project ini.  Sampai akhirnya saya perlu mengulangi pertanyaannya baru kemudian dijawab, itupun hanya oleh 1-2 orang yg mulai menyadari maksud dari pertanyaan saya yg berulang-ulang sama.

Apakah mereka tidak tahu target project ini?

Tentulah tahu. Tapi kemudian terbawa oleh persepsi masing2. Ada yg menjawab berdasarkan persepsi bahwa ini pasti pertanyaan jebakan, masak saya tanyakan pertanyaan sederhana itu di awal, masak saya tidak tahu target project ini. Ada yg menjawab atas persepsinya sendiri betapa project ini akan memberi re-positioning brand perusahaan mereka yg kepalang sudah turun di mata konsumen karena bla bla bla ... Persepsi demi persepsi demi persepsi, yg semuanya berdasarkan pengalaman masa lalu.

Itulah uniknya yg membuatku terpana. Bahwa ternyata sebenarnya mayoritas manusia berpikir mundur, kembali pada pengalaman masa lalu untuk menjawab sesuatu yg ada di masa mendatang. 

Apakah itu sehat?

Benar bahwa pengalaman adalah guru terbaik, tapi apa terus bercermin dan 'menghidupkan' kembali masa lalu akan membuat kita lebih maju ke depan?

Kita hidup di masa kini. Apa yg perlu kita lakukan sekarang adalah untuk sekarang dan masa depan. Membicarakan masa lalu adalah untuk mengambil hikmahnya saja, mempelajari kesalahan yg ada agar tidak terulang lagi. Tapi perlu hati-hati, karena membicarakan apa yg sudah terjadi bisa membangkitkan kenangan dan emosi. 

Kenangan yg menyenangkan bisa menjebak kita hanyut dalam zona nyaman. Terlena dalam rasa bangga dan rasa puas yg notabene terjadi di masa lalu. Sudah berlalu. Kita perlu lakukan sesuatu sekarang untuk mengulangi keadaan menyenangkan tersebut, bukan dengan mengenangnya. 

Kenangan yg tidak menyenangkan akan membangkitkan rasa marah, kecewa atau frustasi alias kita merasakan kembali perasaan marah, kecewa dan frustasi tadi berulang kali sesuai dengan jumlah berapa kali kita utarakan. And we go nowhere!! Buat apa?

Terlebih lagi sekarang bisnis katanya lagi sepi. Ada yg mengingat masa2 jaya perusahaan atau masa2 jaya jabatan dengan harapan bisa membangkitkan kembali semangat untuk jaya kembali. Tapi, cara yg dulu dilakukan bisa jadi sudah usang untuk dilakukan saat ini. Metode lama strategi lama. Semangat tinggi apapun tidak akan membantu bila kita terus mengulangi hal2 yg sama dengan yg kita lakukan di masa2 lalu. Jaman terus berkembang, perubahan demi perubahan terjadi. Pelajari dan kembangkan. Hidup jadi berwarna dan dinamis. Isn't it good? 

Air tidak pernah mengalir mundur. Sama halnya air juga tidak pernah bisa menetes ke atas. Ada keadaan alam yakni gravitasi bumi yg membuat air selalu menetes ke bawah. 

Demikian juga hidup kita.

Lihat ke depan dan fokus pada apa yg perlu kita lakukan sekarang. Even just a small step, paling tidak lakukan sesuatu yg mengarah ke depan. Ada keadaan alam yg tidak bisa kita lawan, yaitu waktu. Waktu terus bergerak dan arahnya maju. Ketika terus berpikir mundur, kita sebenarnya berhenti di tempat. Semakin kita terjebak di masa lalu, frustasi, depresi atau malah mengagung-agungkan kejayaan masa lalu, sebenarnya kita sudah 'meninggal' secara mental. Maaf.

Hidup bukan untuk meratapi masa lalu. Bahkan air saja tidak mengalir mundur. Hadapi apa yg terjadi dan lakukan sesuatu sekarang untuk masa depan.

Let's move forward.

What will you do today for your future?

Komentar

Postingan populer dari blog ini