Manusia sebagai Hamba sang Khaliq di dunia mempunyai misi memakmurkan dunia dengan berbagai aktivitas nya, dunia adalah ladang subur bagi persiapan kehidupan abadi di akherat kelak. Meski begitu sebagai seorang muslim tetap harus berusaha maksimal Menjaga Kehalalan Harta yang mereka usahakan.
Menjaga Kehalalan Harta
“Dan sesungguhnya Allah
adalah sebaik-baik pemberi rezeki (QS.22:58).
Rasulullah saw bersabda :
Dari Amru bin
Al-Ash :
“Bahwa nabi saw berkata kepadanya; Ya Amru sebaik-baik harta yang
baik
bersama orang yang salih”. (HR. Ahmad)
Syariat mencari harta halal
- Mencari halal untuk nafkah adalah wajib.
Rasulullah saw
bersabda :
“Cukuplah
seseorang berdosa jika menyia-nyiakan orang yang harus diberi makan”. (HR. Abu Dawud dan Muslim).
- Mencari harta halal yang bertujuan menambah harta, kedudukan,
kesenangan, kenikmatan dan membantu orang lain yang diiringi dengan
menjaga kaidah agama, jiwa dan kehormatan adalah perbuatan yang
disunnahkan (dibolehkan).
Hakikat harta halal
Harta adalah
merupakan rizki (anugrah) Allah, masing-masing dari makhluk Allah telah
diberikan jalannya untuk meraih dan menjemput rizki yang sudah dipersiapkan
oleh Allah SW, apapun bentuk makhluk tersebut, tidak terkecuali binatang melata;
semut, ulat, cacing, binatang yang berjalan dengan kaki dua : ayam, bebek dan
lain-lainnya, binatang berkaki empat piaraan: Sapi,
kambing, kerbau dan lain-lainnya, binatang berkaki empat yang liar; macam,
kuda, harimau hingga binatang yang berada diudara; burung-burung, apalagi
manusia. Semuanya sudah dijamin oleh Allah rizki mereka, dan akan mereka raih
dan jemput sesuai dengan cara mereka masing-masing.
Ketika harimau
berhasil menangkap mangsanya,lalu memakan dagingnya hingga kenyang, dan
tentunya tidak sampai dimakan, datang burung-burung kecil itu hinggap di atas
sisa-sisa daging yang dimakan oleh harimau tadi, burung-burung mungil itu tidak
takut, bahkan sambil melompat-lompat kecil terlihat acuh menikmati makanan
temuannya tanpa menghiraukan taring sang harimau.
Setelah kenyang,
sebagian makanan itu tidak lupa ia bawa untuk anak-anak burung yang menunggu di
sarangnya. Namun tidak semua sisa daging itu dapat dimakan oleh anaknya.
Sebagian sisa daging itu terjatuh. Semut-semut yang menemukannya, secara
bergotong-royong mengangkut sisa daging tersebut ke dalam liangnya. Beberapa
ekor kumbang juga ikut nimrung menikmatinya karena sisa daging itu tidak
terangkut semuanya oleh kawanan semut. Tak ada rebutan paksa antar mereka.
Kehidupan rukun dan damai antar sesama binatang nampaknya sedang mereka
tontonkan.... Subhanallah.
Di sisi lain
dari hutan itu, seorang pemburu sedang beristirahat setelah menikmati madu yang
diperolehnya dari atas pohon tempat ia beristirahat. Dengan perlahan,
tupai-tupai yang menyadari sang pemburu beristirahat, mendekati dan menikmati
madu-madu itu.'Sungguh terasa di surga ketika tupai-tupai menjilati jari,
tangan dan lenganku, mencecap sisa-sisa madu yang masih.' gumam pemburu antara
tidur dan terjaga.
Maha suci
Allah.. Jalinan siklus makanan yang kadang tidak kita sadari keterkaitan dan
keterikatannya. Masih banyak contoh kisah lain - lebih rumit, lebih panjang dan
yang lebih memiliki keterikatan dan keterkaitan -- yang dapat kita temukan.
Selain itu, melalui hubungan dan jalinan siklus makanan itulah, keseimbangan
alam dapat terwujud. Allah-lah Dzat sebaik-baik Pemberi rezeki.
Itulah siklus
pembagian rizki halal atas kehendak Allah SWT, sehingga dapat terlintas
difikiran kita bahwa 4 hal :
- Allah menjamin pembagian rezeki
setiap hamba-Nya.
Allah berfirman :
'Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi ini
melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu,
dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam
kitab yang nyata
(lauh Mahfudz) (QS. 11:6).
Keyakinan akan jaminan tersebut bukan
dijadikan sebagai dasar untuk hanya berdiam diri menanti harta datang dengan
sendirinya. Menjadi makhluk yang bernyawa, -- makhluk yang dapat bergerak
karena nyawa itu -- berarti memiliki barbagai aktivitas hidup, yang aktivitas
tersebut mendukung makhluk itu dalam mempertahankan keberadaan nyawanya. Semua
hewan akan segera mencari tempat berlindung, ketika ia ingin beristirahat.
Tumbuh-tumbuhan akan mengering di musim kemarau untuk mengurangi penguapan.
Sedangkan manusia memiliki akal untuk melakukan kreativitas kegiatan hidupnya.
Selain dengan akal, Islam juga memberikan tuntunan bagaimana seseorang
memperoleh karunia Allah (lihat QS. Al-Jumu'ah : 10).
Disebutkan dalam
al-qur'an surat an-nisa' ayat 100,
'Barang siapa berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi
ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.' Adapun penjelasan tiga
ayat sebelumnya memberikan contoh orang-orang yang tidak ingin berhijrah
--mereka sengaja memilih untuk tetap tinggal di Mekkah ketika Rasulullah
berhijrah, sedangkan mereka sebenarnya mampu sehingga mereka tertindas oleh
orang-orang Kafir. Itulah orang-orang yang menganiaya diri sendiri.
Oleh karena itu,
'Jadilah orang-orang yang berusaha berhijrah dengan akal dan hatinya agar tidak
tertindas'. Demikianlah seharusnya yang dilakukan oleh setiap manusia (makhluk)
untuk memperoleh jaminan rezeki-Nya.
- Jalinan rezeki yang ada,
menuntut kita untuk saling berbagi dan lebih peduli, untuk kemudian
dimanifestasikan dalam bentuk nyata sesuai dengan tuntunan.
Dalam mencari rezeki-Nya, setiap makhluk harus menyadari akan
kebutuhannya, bukan keinginan. Proporsional, sesuai dengan kebutuhan, tidak
berlebihan dan tidak serakah yang akhirnya mengakibatkan keinginan untuk
menimbun, menguasai seluruh makanan, harta dan materi yang ditemuinya. Bukankah
burung-burung kecil itu tidak mematuk lidah, gusi atau bagian lain dari mulut
sang buaya ? Bukankah semut-semut itu tidak memaksakan diri untuk mengangkut
seluruh sisa daging yang ditemuinya ? Dan seharusnya manusia lebih dapat
menahan keinginannya untuk berbagi dengan kepentingan orang lain.
- Berfikir
akan siklus hidup tidak saja merupakan kewajiban dan kerja akal semata.
Namun dengan keterlibatan dan kehadiran hati, akan didapatinya bahwa
Allah-lah, Sang Kreator, Maha Pemberi rezeki, dan juga Maha 'merekayasa'
pemberian semua ni'mat yang tidak kita duga-duga. 'Atau siapakah dia ini yang
memberi rezeki jika Allah menahan Rezeki-Nya ?.' (QS. 67 : 21).
- Meyakini bahwa Allah adalah
dzat dan penyebab segala sumber ni'mat rezeki yang diperoleh (diterima)
Menyadarkan kita untuk selalu bersyukur. 'Hai orang-orang yang
beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu,
dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu
menyembah.'. (QS. 2 : 172).
Tujuan mencari
harta :
- Harta untuk memenuhi nafkah
Rasulullah saw bersabda :
Dari Anas ra,
dari Nabi saw bersabda : “Makhluk adalah keluarga Allah, sebaik-baik makhluk
adalah yang paling bermanfaat untuk keluarganya”. (Sanadnya dlaif, HR. Thabrani dan Ibnu Mardaweh dan yang
lainnya)
- Harta bukan untuk saling
bermegah-megahan
Rasulullah saw
bersabda :
Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda : “…
dan barangsiapa mencari dunia dengan cara halal untuk bermegah-megahan maka
akan bertemu Allah dengan wajah yang marah”. (Hadits hasan, dan Makhul –perawi hadits- tidak pernah
mendengar dari Abu Hurairah).
- Harta dijadikan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan taat
kepada-Nya.
- Harta untuk menjalin tali silaturrahim.
Rasulullah saw :
Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda :
“Baragnsiapa yang mencari kehidupan dunia dengan cara halal agar dapat memenuhi
masalah keluarga, memenuhi kebutuhan keluarganya, berbuat baik kepada
tetangganya maka akan datang pada hari kiamat wajahnya seperti bulan purnama di
malam har ….”. (Hadits hasan,
dan Makhul –perawi hadits- tidak pernah mendengar dari Abu Hurairah).
Menjaga kehalalan harta
Allah SWT telah
memerintahkan kepada kita untuk selalu mencari harta halal, sebagaimana juga
diperintahkan untuk senantiasa menjaga kehalalan harta, agar selalu berada pada
koridor syariat Allah. Karena dalam hadits Rasulullah saw ditegaskan bahwa
bahwa nanti pada hari kiamat Allah akan menanyakan kepada manusia terhadap
hartanya dua hal yaitu darimana didapat harta yang dimiliki dan kemana
diinfakkan (digunakan) harta tersebut.
Rasulullah saw
bersabda :
“Tidak akan tegak kedua kaki seorang hamba
pada hari kiamat sehingga akan ditanya kepadanya 4 perkara : tentang umurnya
untuk apa dihabiskan, masa mudanya bagaimana dilakukan, tentang ilmunya untuk
apa dilakukan, tentang hartanya darimana didapat dan kemana diinfakkan” (HR.
Muslim)
Dalam hadtits diatas menegaskan 4 hal yang akan ditanyakan Allah
kepada manusia pada hari kiamta nanti :
- Umur
- Masa Muda
- Ilmu
- Harta
Untuk katagori terkahir Allah SWT akan menanyakan dua hal pada harta
yaitu;
1. Mencari harta
2. Menginfakkan
harta
1. Mencari
harta
Dalam usaha insan mencari nafkah, Allah menegaskan kriteria yang
jelas dan gamblang yang tidak boleh dilanggar olehnya terutama umat Islam.
Adapun kriteria tersebut adalah :
- Halal dan baik
Allah SWT berfirman :
“Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
(Al-Baqoroh : 168)
- Dilakukan dengan cara yang sah
dan saling ridlo
Allah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu saling makan harta kamu dengan tidak sah, kecuali dengan cara perdagangan
atsa dasar suka sama suka. janganlah kamu membunuh (menghancurkan) diri
sendiri, Allah sungguh Maha Pengasih kepada kamu. Dan barang siapa melakukannya
dengan melanggar hukum dan tidak adil, akan Kami lemparkan ke dalam api neraka.
Dan yang demikian bagi Allah mudah sekali" (An-Nisa:
29-30).
Ayat di atas
hanya mengimbau orang-orang yang beriman. Mengapa tidak kepada semua orang?
Karena Allah Maha Tahu, yang akan percaya merenungkan dan mengamalkan Alquran
hanya orang yang beriman. Maka Hanya sekali-sekali saja Alquran mengimbau
seluruh manusia.
"Janganlah
kamu saling makan harta kamu dengan tidak sah".
Karena dalam perekonomian mustahil bisa berjalan sendiri, maka tiap pelaksanaan
kegiatan ekonomi pada dasarnya dilakukan lebih dari satu orang atau membutuhkan
banyak pihak, Pedagang membutuhkan pembeli dan begitu sebaliknya.
- Tidak dengan cara curang
Allah berfirman
:
“Dan janganlah
sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui”.
(Al-Baqoroh : 188)
- Asas Manfaat.
Dalam usaha mencari rizki juga harus diperhatikan asas manfaat bagi
kehidupan manusia. Maka barang-barang yang membawa madharat dan dampak
negatif bagi kehidupan manusia dilarang diperjualbelikan sehingga mendapatkan
keuntungan dan rizki darinya, seperti: minuman keras, obat-obatan terlarang dan
sebagainya, karena tidak mempunyai nilai guna.
Dalam kehidupan, Rasulullah mengatakan bahwa makanan dan minuman
yang masuk kedalam perut atau yang dikonsumsi akan berpengaruh pada baik
tidaknya perkembangan fisik maupun jiwa orang yang memakan harta itu.
Allah SWT berfirman :
“Hai
orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian
di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu).” (Al-Maidah : 90-91)
3. Menginfakkan harta
Jika manusia
telah meraih harta dengan cara yang baik dan halal sesuai dengan criteria yang
telah ditetapkan maka kewajiban kedua adalah harus memperhatikan bagaimana
membelanjakan, menggunakan dan menginfakkan harta tersebut.
Adapun criteria tersebut adalah sebagai berikut :
- Digunakan sebagai sarana ibadah dan taat kepada Allah; seperti syukur dan lain-lain
Allah SWT berfirman :
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(Ibrahim : 7)
- Diinfakkan untuk memberi nafkah anak dan istri
- Diinfakkan dijalan Allah; seperti sedekah, jihad, shadaqoh dan lain-lain
Allah SWT berfirman :
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa” (Al-Baqoroh : 177)
Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang
pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah
dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang
lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui”. (As-Shaf
: 10-11)
- Tidak boros
Allah SWT
berfirman :
“Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Al-A’raf : 31)
- Tidak Tabdzir
Allah SWT berfirman :
“Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
(Al-Israa : 26-27)
- Tidak bakhil
Allah Berfirman :
“Dan janganlah kamu
jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (Maksudnya: jangan
kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah).
(Al-Israa : 29)
“Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian”. (Al-Furqon : 67)
- Tidak melalaikan akan dzikir dan beribadah keapda Allah.
Allah Berfirman :
“Hai orang-orang
beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang
merugi”. (Al-Munafiqun : 9)
- Tidak dipergunakan untuk berfoya-foya
Komentar
Posting Komentar