Langsung ke konten utama

Taufik ismail 50 tahun lalu

"50 tahun yang lalu aku berdiri disini sebagai mahasiswa dengan jaket kuning, tahunnya 65,”teriak lantang Taufik Ismail mengawali orasinya. “Pada tahun itu ada seorang mahasiswa di fakultas sebelah sana, Fakultas Kedokteran, yang ditembak mati. Dia disemayamkan di aula.”

“Kemudian, di pintu itu ada tiga siswa SMP membawa karangan bunga, mau masuk ke sini takut, karena di sini semua orangnya dewasa, mahasiswa, dan beratus-ratus di sini. Arif Rachman Hakim disemayamkan di aula di sana,” lanjut Taufik Ismail seraya menunjuk gedung Fakultas Kedokteran UI. “Anak kecil itu membawa karangan bunga, tiga anak kecil berdiri di pintu Kampus UI membawa karangan bunga. Kemudian mereka berkata ‘karangan bunga ini adalah untuk kakak kami, Arief Rachman, yang ditembak tadi pagi’. Aku pada waktu itu berdiri di sini, dengan jaket kuning yang lusuh, menangis melihat itu.”

Bagi Taufik Ismail, gerakan moral melawan koruptor harus terus didengungkan oleh mahasiswa dan seluruh elemen bangsa.

“Pada waktu itu, koruptor-koruptor baru sebesar tikus, sebesar tikus, jumlahnya satu regu,” lanjut Taufik Ismail dengan nada geram. “Tahun 15 ini koruptor-koruptor yang sebesar tikus itu kini sebesar gajah. Dulu cuma satu regu, sekarang satu pelewan. Kita lawan!”

Menutup orasinya, Taufik Ismail membacakan karya puisinya, sebuah kritik pedas bagi bangsa Indonesia, yang berjudul “Kami Muak dan Bosan”.

Dahulu di abad-abad yang silam
Negeri ini pendulunya begitu ras serasi dalam kedamaian
Alamnya indah,gunung dan sungainya rukun berdampingan,
pemimpinnya jujur dan ikhlas memperjuangkan kemerdekaan
Ciri utama yang tampak adalah kesederhanaan
Hubungan kemanusiaanya adalah kesantunan
Dan kesetiakawanan
Semuanya ini fondasinya adalah
Keimanan

Tapi,
Kini negeri ini berubah jadi negeri copet, maling dan rampok,
Bandit, makelar, pemeras, pencoleng, dan penipu
Negeri penyogok dan koruptor,
Negeri yang banyak omong,
Penuh fitnah kotor
Begitu banyak pembohong
Tanpa malu mengaku berdemokrasi
Padahal dibenak mereka mutlak dominasi uang dan materi
Tukang dusta, jago intrik dan ingkar janji

Kini
Mobil, tanah, deposito, dinasti, relasi dan kepangkatan,
Politik ideologi dan kekuasaan disembah sebagai Tuhan
Ketika dominasi materi menggantikan tuhan

Kini
Negeri kita
penuh dengan wong edan, gendeng, dan sinting
Negeri padat, jelma, gelo, garelo, kurang ilo, manusia gila
kronis, motologis, secara klinis nyaris sempurna, infausta

Jika penjahat-penjahat ini
Dibawa didepan meja pengadilan
Apa betul mereka akan mendapat sebenar-benar hukuman
Atau sandiwara tipu-tipuan terus-terus diulang dimainkan
Divonis juga tapi diringan-ringankan
Bahkan berpuluh-puluh dibebaskan
Lantas yang berhasil mengelak dari pengadilan
Lari keluar negeri dibiarkan
Dan semuanya itu tergantung pada besar kecilnya uang sogokan

Di Republik Rakyat Cina,
Koruptor
Dipotong kepala
Di kerajaan arab saudi,
Koruptor
Dipotong tangan
Di Indonesia,
Koruptor
Dipotong masa tahanan

Kemudian berhanyutanlah nilai-nilai luhur luar biasa tingginya
Nilai Keimanan, kejujuran, rasa malu, kerja keras, tenggang rasa, pengorbanan,
Tanggung jawab, ketertiban, pengendalian diri,
Remuk berkeping-keping
Akhlak bangsa remuk berkeping-keping
Dari barat sampai ke timur
Berjajar dusta-dusta itulah kini Indonesia
Sogok Menyogok menjadi satu,
Itulah tanah air kita Indonesia

Kami muak dan bosan
Muak dan bosan
Kami
Sudah lama
Kehilangan kepercayaan

(Taufik Ismail)

Komentar

Postingan populer dari blog ini