Langsung ke konten utama

Kakek, nenek dan cinta sejati nya


Kala itu ada sepasang kakek dan nenek yang berkunjung ke suatu rumah makan. Keduanya memilah dan memilih menu apa yang mereka ingin makan di sore hari itu.

Hingga akhirnya nenek dan kakek pun memesan semangkuk sup daging, tetapi sebelum dibawanya makanan itu sang kakek berkata kepada pelayan rumah makan itu : “Nak, kakek minta satu piring dan satu mangkuk kosong ya.” seraya tersenyum kepada sang nenek.

“Baik kek, tapi untuk apa?” pelayan itu pensaran.

“Tidak untuk apa-apa.” ujar sang kakek meyakinkan.

“Baiklah kalau begitu, kek. Silakan duduk, nanti saya antar ke meja kakek pesanannya.”

Selama menunggu makanan datang, mereka bercengkrama. Berbincang dengan penuh senyum dan kehangatan. Dan tidak lama kemudian pelayan pun datang membawa sup hangat untuk mereka.

Namun ada kejadian yang membuat pengunjung di rumah makan itu heran. Ketika sup hangat itu terhidang di meja mereka, kakek pun membagi sup itu ke dalam dua mangkuk, begitu juga dengan sepiring nasi yang ia bagi dua. Selain itu, meskipun mereka sudah memiliki sup hangat di mangkuk dan piring masing-masing hanya sang kakek saja yang memakan sup itu, sedangkan sang nenek hanya memperhatikan kakek yang sangat menikmati semangkuk sup hangat.

Salah satu pengunjung pun merasa kasihan kepada nenek karena tidak ikut makan dan berkata : “Kek, kenapa nenek tidak makan? Apakah kalian tidak punya uang?” seru si A.

“Tidak apa-apa, nak.” jawab kakek dengan senyum, kemudian melanjutkan makannya lagi.
Akan tetapi sang kakek makan dengan pelan dan rasanya sup dan nasi sang nenek sudah mulai dingin.

Pengunjung yang lain pun ikut bertanya pada sang kakek. “Kek, apakah kalian tidak punya uang? Biar nanti saya yang membelikan kalian makan agar dapat dimakan bersama. Kasihan nenek hanya menunggu kakek makan saja.” seru si B dengan penuh iba.

Namun, kakek dan nenek itu pun hanya melontarkan senyum dan kembali dengan sup hangatnya.

Hingga akhirnya ketika sang kakek selesai makan, pengunjung pun kembali dibuat kaget oleh sesuatu yang dilakukan oleh sang kakek dan sepertinya mereka juga merasa terharu. Dan bertepatan dengan itu pula sang nenek berkata : “Nak, kami tidak perlu belas kasihan dari kalian. Nenek bukan tidak mau makan sup ini, tetapi nenek menunggu gigi palsu yang dipakai kakek untuk makan. Karena kami sudah tidak memiliki gigi lagi dan kami bergantian untuk menggunakannya.” sang nenek bertutur dengan penuh senyum kepada pelanggan di rumah makan itu.

THE END

Cerita ini dikutip dari buku yang berjudul “Setengah Isi Setengah Kosong” (saya lupa siapa penulisnya). Bisa kamu tebak sendiri apa yang terjadi di rumah makan itu. ada yg terdiam dan ada juga yang menangis karena terharu.

Betapa tidak, di usia mereka yang sudah senja mereka masih sangat setia dan dengan sabar menunggu ketika sang kakek lebih dulu makan sup itu dengan menggunakan gigi palsu yang mereka miliki. Tidak bermaksud untuk membuat jijik, tapi bagi saya pesan yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah jangan langsung menilai sesuatu jika memang kita tidak tau apa yang sebenarnya terjadi atau yang akan terjadi selanjutnya.

Suatu hubungan itu tidak hanya untuk waktu yang sebentar saja, akan tetapi jikalau bisa seperti kaken dan nenek dalam cerita diatas. Mereka tetap bersama hingga usia senja dengan penuh kesetiaan dan kehangatan kasih sayang. Mereka juga tidak ingin dikasihani oleh orang lain.

Mungkin pesan saya berbeda dengan yang dituliskan oleh penulis di buku “Setengah Isi Setengah Kosong”, tetapi saya hanya berbagi cerita saja. Buku itu cukup menarik untuk saya, meski hanya meminjam dari teman. Hehe Banyak pesan moril yang diberikan dari buku itu yang dapat menjadi suatu pelajaran bagi pembacanya. Karena disampaikan dengan cerita terlebih dahulu untuk menyampaikan pesan yang sebenarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini